Senin, 13 Desember 2010

Merpati Balap

Cara memilih bakalan merpati balap sprint

Calon indukan merpati balap sprint idealnya tidak terlalu besar. Agar lebih yakin, si calon perlu menjalani tes kelayakan. Ia perlu diraba dari kepala, mata, dada, sayap hingga ekor.

Bentuk kepala yang bagus membulat mirip kepala pesawat terbang. Saat diraba ke arah paruh terasa agak menonjol. Fungsinya mengurangi hambatan terbang karena pengaruh terpaan angin. Angin akan dibuang ke samping kepala sehingga merpati bertambah laju.

Pilih calon merpati balap berdada besar membentuk bidang segitiga. Tujuannya agar kemampuan menyimpan oksigen selama terbang tinggi. Pasalnya oksigen itu mengurangi asam laktat penyebab kelelahan otot.

Tulang pembentuk dada pun harus bulat melengkung ke arah kloaka (anus). Ketika diraba, otot di sekeliling tulang terasa halus agak lembek. Tetapi mendekati kloaka, otot sumpit (kandung kemih) keras dan lurus.
Organ gerak paling penting adalah sayap. Setiap calon merpati balap harus memiliki otot pangkal sayap kuat agar kepakan semakin cepat. Idealnya, otot pangkal sayap ketika diraba kenyal, elastis dan padat sehingga burung tak cepat lelah ketika terbang.

Bulu merupakan bagian terpenting dari sayap. Setiap burung umumnya ditutupi buku. Ia terbagi menjadi 3 bagian, yakni bulu penutup sayap, sekunder, dan primer. Tetapi pada merpati balap, justru bulu primer penentu laik tidaknya sang burung untuk berpacu.

Bulu primer berfungsi sebagai penyeimbang dan alat rem sewaktu mendarat. Ia berjumlah 10 helai. Saat dibentangkan, posisi ke-10 bulu itu harus rapat, beraturan dan serasi. Semakin ke ujung sayap, ukurannya membesar. Tulang bulu harus tebal, bulat, lentur, agak melengkung dan tidak kaku. Secara alami sehelai bulu akan rontok setiap bulan.

Dalam lomba, jarak pandang sang jantan pada betina kelepekan menentukan hasil akhir. Semakin kepakan betina terlihat, makin cepat sang jantan melakukan sprint. Oleh karena itu lingkaran pupil di mata harus bisa membesar dan mengecil untuk mengukur jarak.

Warna mata juga member indikasi kecepatan terbang. Merpati balap memiliki warna mata lebih merah. “Ia terlihat garang dan sadis“.

Penjodohan merpati balap sprint

Langkah awal melatih merpati balap adalah menjodohkan. Pasalnya merpati balap identik dengan adu napsu. Semakin bernapsu si jantan menguber pasangan betina alias ngeket atau giring, maka makin cepatlah laju terbangnya.

Pejantan dapat dijodohkan 3-4 bulan sejak lahir. Penjodohan itu dimulai dengan memasukan pejantan ke kandang utama ukuran 1,5 x 1,5 x 2 meter. Kandang itu dilengkap sebuah kandang kecil (gupon atau pagupon) untuk istirahat. Biarkan si jantan selama sehari untuk adaptasi. Menginjak hari ke-2, beberapa betina dimasukkan bergantian selama setengah hari. Usahakan betina matang kelamin yang dipilih.

Tanda jodoh terlihat bila keduanya saling mengeluarkan bunyi untuk merayu (bekur). Bulu si jantan akan mekar, mengkilap, dan terlihat indah . Gayung bersambut, si betina pun akan menggut-manggut tanda kepincut. Setelah jodoh, biarkan keduanya untuk kawin.

Namun kendala acap kali muncul ketika penjodohan merpati balap sprint. Si jantan tampak ogah-ogahan kawin. Masalah itu bisa diatasi dengan memilih betina berbulu serupa baby sitter pejantan. Contoh baby sitter berbulu kelabu maka betina pun harus kelabu lantaran insting si jantan akan terus mengingat perawatnya dulu. Hasilnya pun akan lebih baik.

“Daya giring si jantan lebih bagus ketimbang diberi warna lain,” kata Herman Tanubrata, Sekjen PPMBSI.

Selain warna, umur ikut andil saat menjodohkan. Idealnya, betina seumur atau lebih muda yang dipasangkan. Tujuannya agar betina dapat dipakai sebagai kelepekan lebih lama. Namun ada penangkar merpati balap lain yang suka memasangkan jantan dengan betina yang sudah kawin. Maksudnya agar si jantan cepat birahi.

Tdak semua pejantan mau begitu saja disandingkan dengan betina yang sudah kawin. Apalagi pejantan muda, pasti menolak. Tandanya dia akan mematuk dan menguber si betina.

Cara mengatasinya, pisahkan keduanya selama 1-2 minggu. Jika sudah birahi baru dijodohkan kembali. Tanda kawin terlihat bila keduanya mulai mencumbu rayu.

Merpati balap sejodoh bisa kawin 2-4 kali sehari. Seminggu setelah kawin, betina biasanya bertelor 2-3 butir selama 3 hari berturut-turut. JIka anakannya akan diambil, penangkar memilih mengawinkan si jantan dengan betina berdarah juara.

Antara 4 sampai 6 hari setelah teloran pertama itu, pasangan merpati biasanya terlihat ngeket atau giring. Tetapi untuk memastikan si jantan sangat ngeket, coba didekatkan betina ke pejantan lain. Jika tiba-tiba si jantan pasangan nguber atau blingsatan tanda cemburu, bebari dia sudah benar-benar ngeket atau giring.

Menyambung tulisan mengenai mencetak burung merpati balap sprint yang saya ambilkan dari Trubus, sekarang saya akan menuliskan lanjutannya, yakni melatih merpati balap sprint. Hal ini juga sangat penting karena meski kita punya merpati anakan jawara, kalau dia tidak dibesarkan dalam pelatihan yang baik dan benar, maka mustahil bakal menjadi jawara.

PELATIHAN:

Sehari setelah teloran kedua atau sebulan kemudian (baca tulisan di sini), merpati balap sudah bisa berlatih di halaman atau lapangan. Namun bila pasangan betina belum bertelor, disarankan tidak langsung mencoba si jantan berlatih. Karena keduanya pasti belum ngeket. Jika dipaksa berlatih, si jantan bakal kabur.

Umumnya waktu latihan dipilih sesudah merpati balap dijemur, sekitar pukul 11 siang. Latihan itu dimulai dengan menyiapkan 2 kandang kecil. Msing-masing kandang dipisahkan 5-10 meter. Mauskkan kedua merpati balap ke dalam kandang, Si jantan kemudian dibiarkan lepas sesaat untuk beradaptasi dan kemudian menghampiri betina.

Mintalah salah satu perawat untuk kembali membawa si jantan ke kandang lagi. Si jantan dapat digoda kembali. Caranya kelepakan betina sampai sayapnya mengembang penuh. Jika giring, si jantan akan terbang kembali mendatangi betina. Latihan ini dilakukan 1-2 hari dengan frekuensi 4-5 kali.

Bila si jantan semakin giring, biasanya setelah teloran ke-3, jarak terbang ditambah sekitar 20-50 meter. Beberapa penangkar memilih langsung 20-50 meter. Hal ini dapat dilakukan asal si burung cerdas. Latihan ini diberikan selama 3-4 hari dengan frekuensi antara 2-5 kali.

TERBANG LURUS

Tujuan terbang pendek jarak 5-1- meter atau 20-50 meter agar si burung mampu terbang lurus. Bila tidak, si jantan akan terbang ke atas, berputar-putar dulu sebelum hingga di betina.

Cara lain agar peluang burung terbang lurus semakin besar, sang joki perlahan-lahan mundur teratur sampai jarak tertentu. Contoh jarak awal pelepas dan joki 10 meter, saat si jantan mulai dilepas, sang joki sudah berjarak sekitar 15 meter.

Pada latihan itu posisi si joki menangkap burung tidak boleh sembarangan. Ia harus jongkok supaya burung terbiasa terbang lurus dan rendah sekitar 2-3 meter dari tanah. Usahakan merpati ditangkap di tanah bukan hinggap di tangan. Jika sejak awal dilatih ditangkap di tangan dengan posisi si joki berdiri, si merpati akan terbang lebih tinggi lagi. Dampaknya di lomba sang joki akan menangkap merpati dengan cara menjambret atau populer dengan sebutan barongsai.

Namun seringkali kesalahan fatal dilakukan oleh joki. Misalnya tangan kiri yang akan menangkap posisinya di atas betina. Akibatnya pandangan si jantan akan terhalang sehingga mengurangi kecepatan terbang. ia terlihat ragu-ragu untuk mendarat. Lebih baik posisi tangan kiri ada di belakang tangan kanan.

POLA TERBANG

Jika merpati mampu terbang lurus, jarak latihan ditambah lagi sampai 200-400 meter. Saat itu karakter burung sudah terlihat. Hal itu tampak saat bertemu lawan tanding. Ia bisa memukul dari atas atau zigzag mengganggu lawan. Ada pula yang cenderung mengusir lawan dengan cara mengepak sayap. Kebiasaan itu memang sifat bawaan yang tidak bisa dilatih.

Setiap merpati balap memang mempunyai pola terbang yang berbeda. Pola itu berpengaruh pada kecepatan terbang si merpati. Ada 4 pola umum yang dimiliki merpati balap. Namun pemakaian pola ini tergantung sifat bawaan si merpati.

1. Terbang datar lurus ke depan

Pola ini paling disukai joki. Banyak merpati balap handal memiliki cara terbang ini. Kekuatan otot sayap merupakan kuncinya. Ia harus kuat lantaran tridak memanfaatkan gratvitasi bumi sebagai bantuan. Jika otot tidak prima, merpati balap akan kehabisan tenaga dan napas.

2. Terbang menurun kemudian mendatar lurus ke depan

Pola ini menghasilkan kecepatan yang lebih rendah karena perlu waktu untuk menukik sesaat. Cara ini baru efektif dipakai pada lintasan pendek yang mengandalkan keseimbangan badan, reflek sayap dan ekor.

3. Terbang zigzag.

Pola ini jarang dipakai oleh merpati balap lantaran butuh keseimbangan dan refleks tinggi. Cara terbang ini memanfaatkan sudut zigzag untuk memperkecil tekanan angin ketika terbang melawan angin.

4. Terbang melambung dan meluncur ke bawah

Pola ini serupa cara elang memburu mangsa. Tenaga lebih sedikit dikeluarkan. Pasalnya, luncuran awal terbantu oleh gravitasi bumi. Pakem ini mampu mengimbangi terbang datar lurus pada lintasan panjang. Namun tidak efisien pada lintasan pendek lantara ada waktu terbuang ketika melambung.

Lomba merupakan ajang akhir pembuktian dari latihan. Setelah Anda memahami tulisan megenai latihan merpati balap ini (lihat tulisan sebelumnya: Panduan Praktis Cetak Merpati Balap Sprint dan Pelatihan Awal Merpati Balap Sprint, maka Anda perlu memahami penyiapan lomba merpati balap. Tulisan ini merupakan kelanjutan dari kedua tulisan tersebut yang diambil dari sisipan Majalah Trubus.

Wadah lomba burung merpati balap sekarang ada di dalam koordinasi Persatuan Penggemar Merpati Balap Sprint Indonesia (PPMBSI). Setiap lomba yang diadakan terbagi dalam 5 kelas, yakni lomba 500 m, lomba galatama bintang dan galatama seri A, B, C; lomba utama, lomba antar tim atau kandang dan lomba piyik.

Untuk lomba, PPMBSI mensyaratkan peserta menjadi anggota. Sementara syarat lomba lain yang juga harus diperhatikan antara lain; pada lomba 500 m dan lomba piyik, jarak lepas minimum 500 m dan maksimal 600 m. Khusus untuk piyik, ia harus memakai ring; usia merpati saat bertanding tidak lebih dari 10 bulan yang dibuktikan dengan menyerahkan sertifikat dari peternak. Sedangkan pada lomba galatama dan uatama, jarak lepas minimum 1000 m dan maksimal 1.200 m. Jumlah peserta setiap seri 8-16 ekor.

Sehari sebelum lomba pada Kamis, joki beserta burung melakukan pengenalan lapangan. Latihan dilakukan pada jarak 200 – 300 meter sebanyak 5-6 kali atau 500 m sekitar 4-5 kali. Saat ia bertemu dengan calon musuh biasanya setelah pulang akan lebih bernafsu untuk kawin. Lantaran sering maka insting akan terlatih, yakni sepulang latihan langsung kawin. Ini pertanda bagus karena kadar ngeketnya bertambah. Apalagi jika si merpati sanggup kawin 4-5 kali.

Pagi hari sebelum lomba, merpati harus dijemur. Ia juga diberi sedikit pakan untuk menambah stamina. Saat jeda setelah bertanding, merpati pun perlu disegarkan kembali. Caranya, beri semprotan air di sekitar kaki dan minum seperlunya. Perlakuan itu diulang selama lomba berlangsung.

PERAN JOKI

Setiap merpati balap memiliki joki tetap. Joki bertugas untuk menangkan jantan dan memegang betina (ngeplak atyau ngeplek). Ia juga dibantu seorang asisten yang berfungsi sebagai penggabur (pembawa jantan). Sangat dianjurkan joki memakai baju dengan warna tetap selama latihan dan lomba. Tujuannya supaya merpati sudah mengenalnya dari jarak jauh.

Namun seringkali saat lomba, kontestan yang beradu memakai baju berwarna sama. Oleh karean itu joki diwajibkan membiasakan diri selalu berteriak memanggil nama sang burung. Teriakan itu menandakan keberadaan joki. Secara psikologis juga sebagai pelampiasan emosi untuk melepas ketegangan.

Agar hubungan joki dan merpati lebih erat, biasakan setelah berlatih atau berlomba diakhiri dengan pengelusan di sekujur tubuh. Pengelusan dapat berlanjut dengan pengurutan seperlunya di bagian pangkal sayap untuk menghilangkan rasa lelah.

Saat mengikuti lomba pun joki harus mengetahui tata tertib lomba agar tidak merugi sendiri. Contoh, joki diperkenankan menangkap jagoannya saat terbang tetapi ia tidak diperbolehkan menangkap ketika merpati hinggap di badan atau kepala. Bila dilanggar akan dinyatakan kalah.

PAKAN DAN PERAWATAN MERPATI BALAP SPRINT

Pakan merupakan sumber energi bagi merpati balap. Asupan pakan yang sesuai memperkuat daya tahan tubuh seperti pada olahragawan. Secara alami anggota keluarga columbidae itu sangat menyukai biji-bijian seperti jagung.

Jagung yang diberikan tidak sembarang. Ia bukan jagung pipilan biasa, tetapi jagung madura. Sepintas jagung ini mirip dengan jagung biasa tetapi ukurannya lebih kecil sesuai dengan ukuran mulut merpati. Setidaknya merpati dewasa perlu pakan 37 gram per ekor, remaja 25 gram dan anakan 5-10 gram per ekor.

Pakan diberikan pada pagi dan sore seusai berlatih. Jagung yang kotor lantarana diberaki harus diganti karena menjadi sumber penyakit burung merpati .

Agar tetap fit, asupan vitamin dan mineral terkadang perlu diberikan. Terutama setelah berlatih atau berlomba ketika nafsu makan di merpati berkurang. Bila vitamin berupa tablet bisa langsung dilolohkan ke paruh. Namun bila sediaannya serbuk, campurkan bersama air minum.

Para penangkar juga sering menggunakan bahan tradisional untuk menjaga vitalitas merpati balap. Contoh, kunyit sebagai antibiotik, penghilang lelah dan menambah nafsu makan. Rimpang kunyit biasanya dipotong kecil kemudian disangrai (sangan) dan dilolohkan. Tetapi agar khasiatnya lebih bagus, campurkan dengan telur dan madu.

Sayang, perlakuan itu lebih banyak dinikmati pejantan. Betina kelepekan jarang diperhatikan padahal ia juga butuh pakan bagus untuk menjaga stamina. Bila betina tidak diberi perlakuan serupa, kesehatnnya akan terganggu dan nafsu kawinnya menurun. Lama kelamaan kesehatan betina drop.

Kebanyakan penangkar justru menggonta-ganti betina. Hal ini tidak dianjurkan lantaran si jantan akan merasa kehilangan pasangan sebelumnya.
Nah sebelum saya melanjutkan tulisan yang berasal dari Panduan Praktis Cetak Merpati Balap Sprint, Majalah Trubus Edisi Juni 2002 ini dengan referensi lain, saya hanya mengingatkan kalau kawan pusing karena merpati balap giring tidak maksimal dan kurang ngeket, kini ada solusi pintar. Klik saja di sini.

Referensi lain merpati

(Referensi ini saya ambilkan dari tulisan Suryana, Staf Peneliti BPTP Kalimantan Selatan dan yang ketika menulis di Majalah Poultry Online masih berstatus Mahasiswa Program Doktor Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor)

Tiga tipe merpati

Dari sekian jumlah spesies yang ada, merpati dibedakan atas tiga tipe, yaitu bangsa merpati yang diambil keindahannya untuk pameran (fancy breed), bangsa yang dinilai ketangkasannya (performing breed), dan bangsa yang diambil kegunaan sebagai penghasil daging (utility breed).

Tipe performing breed seperti Homer memiliki kecepatan dan ketahanan terbang, Birmingham Roller memiliki kemampuan terbang sambil berputar-putar (rolling), Panlor Tumbler memiliki kemampuan jungkir balik di atas lantai dan berakrobat atau manuver di udara.

Merpati termasuk ke dalam Kingdom Animalia, kelas unggas (aves), dan hewan bertulang belakang (vetebrata), dan spesies Columbia livia yang berdarah panas dan suhu tubuhnya ±41 derajat C atau lebih tinggi dari manusia dan mamalia lainnya. Karakteristik yang dimilikinya antara lain dapat hidup di seluruh wilayah dunia kecuali di Antartika, dan mempunyai sifat damai serta hampir tidak ada peck order dan kanibalisme, walaupun ditempatkan dalam satu kandang.

Merpati mudah menyesuaikan diri (adaptif) dengan lingkungan, memilih pasangan sendiri, bersifat monogami, dan mempunyai sifat sense of location dalam waktu yang lama dan dalam jarak jauh.

Bobot hidup dewasa merpati penghasil daging (Blakely dan Bade, 1998) dapat dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu :

1. Berat (700-900 g), seperti : American Swiss Mondane, White King, Silver King, Auto Sexing Texas Pionner, Auto Sexing King
2. Medium (600-700 g), seperti : Red atau White Chernau, American Giant Homer.
3. Ringan (400-700g) : seperti : Hungarian (biru, putih atau merah, Squabing Homer (Homer pekerja)

Salah satu ciri yang membedakan antara merpati dengan unggas lainnya adalah merpati menghasilkan crop milk atau susu tembolok (pigeon milk), yaitu cairan berwarna krem menyerupai susu yang dikeluarkan dari tembolok induk jantan maupun betina. Crop pigeon milk yang diproduksi oleh tembolok induk menyerupai keju dan cair, diproduksi sebelum menetas.

Cairan ini diberikan induk kepada anak-anaknya (squabs) dengan cara meloloh dan memompa ke dalam mulut anaknya. Kandungan zat nutrien susu tembolok (pigeon milk) pada merpati (Suprapti, 2003), antara lain : Air (64,30 – 76,75%), Protein (13,17 – 18,80%), Karbohidrat (13,00 – 14,50%), Lemak (7,95 – 12,70%), Abu (1,52 – 1,60%).

Merpati jantan mencapai dewasa kelamin pada umur 4 bulan dan betina umur 6 bulan. Burung merpati bertelur 1-3 butir setiap periode bertelur (clutch), dengan warna telur putih dan berbentuk ellips, tetapi ujungnya meruncing pada bagian yang berlawanan dengan rongga udara, dengan ukuran telur bervariasi tergantung jenis merpatinya.

Di alam bebas, merpati hanya bertelur 2-3 kali/tahun. Merpati yang dipelihara untuk tujuan komersial, umumnya bertelur rata-rata setiap 26-40 hari tergantung pada musim dan faktor lainnya. Pengeraman telurnya dilakukan oleh kedua pasangannya, baik jantan maupun betina, tetapi yang lebih banyak melakukan pengeraman adalah sang betina, sementara sang jantan menggantikannya pada pagi sampai siang hari saja. Levi (1945) menggolongkan merpati menurut umurnya, yaitu:

1. Squabs, anakan merpati dari umur satu sampai tiga puluh hari. Squabs atau piyik adalah merpati muda yang siap dipasarkan pada umur sekitar 28-30 hari, dan pada umur tersebut piyik mendapatkan makanan yang dihasilkan dari tembolok induknya (susu temblok), baik jantan maupun betina. Makanan yang berasal dari tembolok induk mempunyai kandungan protein sampai 35%, dua kali lipat atau lebih tinggi dibanding kandungan protein pada pakan unggas yang lainnya.
2. Squaker, merpati umur dari 30 hari sampai 6-7 bulan.
3. Youngster merpati yang sudah berumur di atas 7 bulan sampai siap kawin. Jantan atau betina muda kawin pada tahun pertama produksi.
4. Yearling hen yaitu merpati yang sudah berproduksi pada tahun kedua, baik jantan dan betina sampai umur di culling.

Pada pemeliharaan burung merpati identifikasi jenis kelamin (sexing) dapat dilakukan setelah anak merpati berumur 23-24 hari, dengan melihat bentuk kloakanya. Selain itu, identifikasi jenis kelamin dapat juga dilihat melalui permukaan kepala, tulang kaki dan leher. Pada merpati jantan permukaan kepalanya kasar dan terlihat lebih maskulin, tulang kakinya kuat dan lehernnya besar, sedangkan pada burung merpati betina permukaan kepalanya rata dan terlihat halus, tulang kakinya lebih ramping dan lehernya lebih kecil (Levi, 1945). Komposisi kimia daging squabs menurut Bokhari (2001), yaitu : Air (72,80%), Energi (142 kal), Protein (17,50%), Lemak (7,50%), Serat (0%), Abu (1,20%), Fe (2,53 mg), Lisina (1,91g).

Pakan merpati
Kebutuhan nutrien untuk merpati hampir sama dengan jenis unggas lainnya. Satu pengecualian utama adalah burung merpati dewasa membutuhkan grit untuk membantu menggiling dan mencerna biji-bijian yang dikonsumsinya. Pakan merpati terdiri atas unsur-unsur ransum campuran antara biji-bijian, mineral, grit dan air minum atau dalam bentuk pellet. Formula grit yang baik untuk merpati terdiri atas 40% kulit kerang, yang digiling kasar, 35% kapur atau grit granit, 10% arang kayu keras, 5% tulang yang digiling, 5% kapur dan 4% garam yodium.

Komposisi pakan yang terdiri atas biji-bijian disarankan adalah 35% jagung, 22,7% kacang kapri, 19,8% gandum dan 18% milo dengan kadar protein minimum 14%. Pemberian pakan pada merpati cukup mudah karena merpati menyukai jagung, kedelai, kacang tanah dan gandum. Komposisi pakan yang baik untuk merpati ini terdiri atas protein kasar 13,5%, karbohidrat 65,0%, serat kasar 3,5% dan lemak 3,0%. Selain itu, merpati juga membutuhkan mineral dan vitamin.

Menurut Drevjany (2001) dalam Suprapti (2003), pada musim panas merpati membutuhkan jagung 25% dan pellet 75%, sedangkan musim dingin jagung dapat diberikan sebanyak 50% dan pellet 50%. Pakan merpati sebaiknya mengandung protein kasar 16% dari total rasio pakan. Merpati mengonsumsi biji-bijian sekitar 100-150g ekor/pasang, dengan rataan konsumsi sebesar 130,25g/hari/pasang. Untuk jenis merpati Hing, sementara jenis Homer rataan konsumsi pakannya sekitar 111,64/g/hari/pasang.

2 komentar:

  1. Contoh contohnya sangat bagus dan mudah dipahami,jangan lupa mampir ke blog saya
    https://japatieverybody.blogspot.com/2023/10/japati.html?m=1

    BalasHapus
  2. Artikelnya bagus. Untuk lomba kalayang 161km beregu satu kandang adangak?

    BalasHapus