Jawabannya
juga tentunya berpariasi tergantung siapa yang menjawab. Tetapi menurut saya
pribadi jawabannya adalah “tergantung”, lho kok tergantung pastinya ada
diantara anda yang bertanya seperti itu.
Ya
tergantung, apakah burung merpati balap yang kita bicarakan adalah burung yang
sudah jadi (Dewasa) atau bakalan?
Burung
merpati balap yang sudah dewasa biasanya akan susah untuk dijadikan tinggian,
malah cenderung untuk selalu nemplok digenteng orang, karena prinsip
terbang/latih/tes/adu pada burung merpati balap adalah bahwa si betina harus
kelihatan oleh sijantan manakala si burung dilepaskan berapapun jauhnya jarak
tempuh yang harus dilalui. Jadi ketika siburung dilepas tanpa melihat si
betinanya, misal terhalang oleh rumah-rumah penduduk maka hal itu akan
menimbulkan kebingungan bagi si jantan sehingga siburung biasanya akan
berputar-putar dibawah (samping kiri-kanan-depan belakang rumah penduduk) dan
biasanya akhirnya akan nemplok di genteng.
Tetapi
tidak semuanya seperti itu ada juga beberapa burung merpati balap (sedikit
sekali) yang ternyata mampu terbang naik ke atas dan sanggup pulang atau
nemplok pada sibetina ditangan joki kelepekannya/gebernya.
Untuk
burung merpati balap yang sanggup naik seperti itu biasanya memiliki capit
udang yang tidak terlalu renggang (cukup rapat), dan untuk turunnya jangan
ditanya lagi, tangan sampai bergetar. Kita semua tentunya sudah tahu bahwa
giringan/keketnya burung merpati balap adalah diatas rata-rata burung jenis
lain.
Tetapi
ada sedikit kelemahan burung tersebut, yaitu burung tidak sanggup full
tingginya/ngetip, sehingga ketika siburung digandengkan dengan burung tinggian
asli, biasanya siburung merpati balap akan terbang dibawah si burung tinggian
(gantung).
Lalu
untuk burung muda....?
Untuk
burung muda (terutama yang sayapnya masih tersisa 8 lar atau 7 lar) biasanya
akan lebih mudah untuk dijadikan tinggian. Caranya :
1. Carilah burung muda yang capit udangnya tidak
terlalu renggang (agak rapat).
2. kita harus rutin membiasakan siburung untuk
terbang tinggi, yaitu dengan cara sering melempar-lemparkan burung keatas,
sehingga lama kelamaan siburung akan terbiasa terbang tinggi.
3. Lalu untuk kandang letakanlah diatas jangan
dibawah supaya siburung terbiasa terbang dari bawah keatas (naik).
4. Saat latihan (jarak dekat tentunya karena
siburung belum dijodohkan) latihlah siburung dengan diberi gandengan burung merpati
tinggi (kalau bisa burung yang giring).
5. Setelah burung terbiasa terbang tinggi dan
larnya tinggal 4 atau tiga jodohkan dengan betina, biarkan sampai nelor.
Setelah kira-kira seminggu cabut telornya, mandikan dan sekap kembali.
6. Setelah giring keket cobalah terbangkan gandengkan
dengan burung tinggian yang juga giring keket dan lihatlah kinerjanya, “cukup
memuaskan bukan..”Latihlah terus..
Setelah
burung menyisakan 2 atau 1 lar kinerja siburung mulai maksimal.
7. Setelah sayap burung rampas kinerja burung
akan maksimal, cobalah terbangkan dengan burung merpati tinggian yang sama-sama
keket dan sekelas, dan saya yakin siburung merpati balap yang “ditinggikan”
akan menang.
Sebagai
catatan :
* Untuk diketahui bahwa giringan/keketnya dan
speed burung merpati balap adalah diatas rata-rata burung jenis lain.
* Jika ingin mencoba menyilangkan burung balap
x burung tinggian
Perlu anda coba
1. Silangkan burung merpati balap jantan yang
capit udangnya tidak terlalu renggang dengan merpati betina tinggian yang
kinerja bapaknya sanggup full tingginya/ngetip.
2. Silangkan Burung merpati tinggian jantan yang
ngetip terbangnya dengan betina burung merpati balap yang capit udangnya tidak
terlalu renggan/agak rapat.
Dan
tentunya burung yang kita silangkan adalah burung – burung yang berkualitas.
* Pengalaman saya pribadi : dahulu (tahun
1999) suatu hari saya pernah bermain ke rumah teman saya yang “katanya” burung
tinggiannya cukup bagus. Saat itu saya membawa sepasang burung merpati balap
yang sudah terbiasa ditinggikan. Ceritanya burung saya dites terbang dengan dua
burung dia (karena Burung saya belum hapal lokasi). Dua joki lepasan pun
ditugaskan untuk melepaskan burung tersebut ditempat yang telah ditentukan
(Jarak lepasan kira-kira 1 KM), yang seorang membawa seekor (burung tinggi
teman saya) dan seorang lagi membawa burung saya dan teman saya. Jadi burung
dilepas tiga ekor sekaligus secara beriringan/tidak sejajar (burung saya diapit
ditengah). Ceritanya burung sudah dilepas, sayapun siap-siap untuk geber tuh
burung. Tak berapa lama kemudian burung pun kelihatan, kira-kira arah jam 11
burung kami geber, dan apa yang terjadi.....
Begitu melihat geberan
kami burungpun turun, dan ternyata burung saya yang turun duluan tanganpun sampai bergetar, burung teman saya waktu itu ketinggalan kira-kira 1/3 jalan.
Untuk beberapa saat
teman saya gak bisa ngomong apa-apa, kaget kali ya lihat burung saya turun
kayak kilat he..he..he...(bukan nyombong lho).
Tetapi sekarang Burung
Kesayangan (oh ya namanya Sultan) itu telah tiada karena dimakan usia (Tua dan sakit-sakitan).
Begitulah
sekelumit cerita saya, dan hal itu memang benar-benar terjadi, bukan karangan!
Selamat
mencoba bagi anda dan semoga sukses. Aaaamiiin.
Tanks guru arahan nya sangat membantu sayah salam bekur
BalasHapus