Sabtu, 09 Juni 2012

BISAKAH BURUNG MERPATI BALAP DIJADIKAN TINGGIAN?


Pertanyaan itu pernah saya temui beberapa kali ketika saya berselancar di dunia maya.

Jawabannya juga tentunya berpariasi tergantung siapa yang menjawab. Tetapi menurut saya pribadi jawabannya adalah “tergantung”, lho kok tergantung pastinya ada diantara anda yang bertanya seperti itu.

Ya tergantung, apakah burung merpati balap yang kita bicarakan adalah burung yang sudah jadi (Dewasa) atau bakalan?

Burung merpati balap yang sudah dewasa biasanya akan susah untuk dijadikan tinggian, malah cenderung untuk selalu nemplok digenteng orang, karena prinsip terbang/latih/tes/adu pada burung merpati balap adalah bahwa si betina harus kelihatan oleh sijantan manakala si burung dilepaskan berapapun jauhnya jarak tempuh yang harus dilalui. Jadi ketika siburung dilepas tanpa melihat si betinanya, misal terhalang oleh rumah-rumah penduduk maka hal itu akan menimbulkan kebingungan bagi si jantan sehingga siburung biasanya akan berputar-putar dibawah (samping kiri-kanan-depan belakang rumah penduduk) dan biasanya akhirnya akan nemplok di genteng.

Tetapi tidak semuanya seperti itu ada juga beberapa burung merpati balap (sedikit sekali) yang ternyata mampu terbang naik ke atas dan sanggup pulang atau nemplok pada sibetina ditangan joki kelepekannya/gebernya.

Untuk burung merpati balap yang sanggup naik seperti itu biasanya memiliki capit udang yang tidak terlalu renggang (cukup rapat), dan untuk turunnya jangan ditanya lagi, tangan sampai bergetar. Kita semua tentunya sudah tahu bahwa giringan/keketnya burung merpati balap adalah diatas rata-rata burung jenis lain.

Tetapi ada sedikit kelemahan burung tersebut, yaitu burung tidak sanggup full tingginya/ngetip, sehingga ketika siburung digandengkan dengan burung tinggian asli, biasanya siburung merpati balap akan terbang dibawah si burung tinggian (gantung).

Lalu untuk burung muda....?

Untuk burung muda (terutama yang sayapnya masih tersisa 8 lar atau 7 lar) biasanya akan lebih mudah untuk dijadikan tinggian. Caranya :

1.   Carilah burung muda yang capit udangnya tidak terlalu renggang (agak rapat).

2.   kita harus rutin membiasakan siburung untuk terbang tinggi, yaitu dengan cara sering melempar-lemparkan burung keatas, sehingga lama kelamaan siburung akan terbiasa terbang tinggi.
3.   Lalu untuk kandang letakanlah diatas jangan dibawah supaya siburung terbiasa terbang dari bawah keatas (naik).

4.   Saat latihan (jarak dekat tentunya karena siburung belum dijodohkan) latihlah siburung dengan diberi gandengan burung merpati tinggi (kalau bisa burung yang giring).

5.   Setelah burung terbiasa terbang tinggi dan larnya tinggal 4 atau tiga jodohkan dengan betina, biarkan sampai nelor. Setelah kira-kira seminggu cabut telornya, mandikan dan sekap kembali.

6.   Setelah giring keket cobalah terbangkan gandengkan dengan burung tinggian yang juga giring keket dan lihatlah kinerjanya, “cukup memuaskan bukan..”Latihlah terus..
Setelah burung menyisakan 2 atau 1 lar kinerja siburung mulai maksimal.

7.   Setelah sayap burung rampas kinerja burung akan maksimal, cobalah terbangkan dengan burung merpati tinggian yang sama-sama keket dan sekelas, dan saya yakin siburung merpati balap yang “ditinggikan” akan menang.

Sebagai catatan :

*    Untuk diketahui bahwa giringan/keketnya dan speed burung merpati balap adalah diatas rata-rata burung jenis lain.

*    Jika ingin mencoba menyilangkan burung balap x burung tinggian
     Perlu anda coba

1.   Silangkan burung merpati balap jantan yang capit udangnya tidak terlalu renggang dengan merpati betina tinggian yang kinerja bapaknya sanggup full tingginya/ngetip.
2.   Silangkan Burung merpati tinggian jantan yang ngetip terbangnya dengan betina burung merpati balap yang capit udangnya tidak terlalu renggan/agak rapat.
Dan tentunya burung yang kita silangkan adalah burung – burung yang berkualitas.

*    Pengalaman saya pribadi : dahulu (tahun 1999) suatu hari saya pernah bermain ke rumah teman saya yang “katanya” burung tinggiannya cukup bagus. Saat itu saya membawa sepasang burung merpati balap yang sudah terbiasa ditinggikan. Ceritanya burung saya dites terbang dengan dua burung dia (karena Burung saya belum hapal lokasi). Dua joki lepasan pun ditugaskan untuk melepaskan burung tersebut ditempat yang telah ditentukan (Jarak lepasan kira-kira 1 KM), yang seorang membawa seekor (burung tinggi teman saya) dan seorang lagi membawa burung saya dan teman saya. Jadi burung dilepas tiga ekor sekaligus secara beriringan/tidak sejajar (burung saya diapit ditengah). Ceritanya burung sudah dilepas, sayapun siap-siap untuk geber tuh burung. Tak berapa lama kemudian burung pun kelihatan, kira-kira arah jam 11 burung kami geber, dan apa yang terjadi.....


Begitu melihat geberan kami burungpun turun, dan ternyata burung saya yang turun duluan tanganpun sampai bergetar, burung teman saya waktu itu ketinggalan kira-kira 1/3 jalan.

Untuk beberapa saat teman saya gak bisa ngomong apa-apa, kaget kali ya lihat burung saya turun kayak kilat he..he..he...(bukan nyombong lho).

Tetapi sekarang Burung Kesayangan (oh ya namanya Sultan) itu telah tiada karena dimakan usia (Tua dan sakit-sakitan).


Begitulah sekelumit cerita saya, dan hal itu memang benar-benar terjadi, bukan karangan!
Selamat mencoba bagi anda dan semoga sukses. Aaaamiiin.

1 komentar: